Manusia dan
Kesusastraan
- Pendekatan Kesusastraan
Pengertian sastra
yaitu merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta sastra
yang berarti “teks yang mengandung instruksi atau pedoman", dari kata dasar sas yang berarti "instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan
tertentu.
Negara Indonesia
merupakan satu dari sekian banyak Negara dimana budayanya berkaitan erat dengan
kesusastraan. Peranan sastra sangat luas, namun pada umumnya adalah untuk
meluangkan isi hati (perasaaan), kadang juga hanya digunakan sebagai pengingat
atau symbol dari masa lalu. Sastra itu sendiri sangat erat kaitannya dengan
bahasa. Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah partikel-partikel yang menyusun
suatu karya sastra. Sama halnya dengan kehidupan kita, semua manusia sangat
memerlukan bahasa baik untuk mengembangkan diri, memberi informasi dan bahkan
hanya sekedar mendapat informasi. Jadi dapat dikatakan bahwa semua manusia
(khususnya bangsa Indonesia) tidak asing dengan sastra. Hal ini adalah penyebab
mengapa rakyat Indonesia selalu mempelajari sastra.
Seni, adalah
manifestasi keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan suatu karya
seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia. Keduanya erat berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu ada kesenian.
Dapat dikatakan bahwa seluruh manusia di dunia ini tidak ada yang asing
dengan seni. Seni itu sendiri bermacam-macam jenisnya. Contoh sederhana yaitu
seni musik dan seni suara. Selera setiap orang pastinya berbeda – beda
bahkan ada yang memang suka menyanyi atau bermain musik dan ada juga yang lebih
senang jika mereka hanya sekedar menjadi pendengar atau pengnikmat. Selain itu,
kita tahu bahwa daerah – daerah di Indonesia ini pun mempunyai budaya seni yang
berbeda – beda. Jadi dapat dibayangkan betapa kayanya Indonesia dalam hal seni.
Lalu apa hubungan sastra dan seni ?. dapat dikatakan bahwa sastra adalah bagian dari seni. Berbeda dengan seni musik yang mengapresiasikan perasaanya terhadap alat musik, dengan sastra kita dapat meluangkan perasaan kita baik lewat puisi, prosa atau jenis – jenis karya sastra lainnya.
Lalu apa hubungan sastra dan seni ?. dapat dikatakan bahwa sastra adalah bagian dari seni. Berbeda dengan seni musik yang mengapresiasikan perasaanya terhadap alat musik, dengan sastra kita dapat meluangkan perasaan kita baik lewat puisi, prosa atau jenis – jenis karya sastra lainnya.
2. Ilmu Budaya
Dasar yang dihubungkan dengan prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Jenis-jenis prosa:
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis:
Prosa naratif
Prosa deskriptif
Prosa eksposisi
Prosa argumentatif
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide.
Jenis-jenis prosa:
Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis:
Prosa naratif
Prosa deskriptif
Prosa eksposisi
Prosa argumentatif
Prosa baru Meliputi :
- Cerpen : Suatu bentuk prosa naratif fiktif,cenderung padat dan langsung pada tujuannya,mengandalkan teknik teknik sastra seperti tokoh,plot,tema bahasa dan insight.
- Novel : Karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,biasanya berbentuk cerita.
- Biografi : Kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
- Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.).
- Kritik : karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan- alasan
Prosa lama meliputi :
- Dongeng : Cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi.
- Hikayat : Cerita pelipur lara yang sulit diterima akal,merupakan cerita rekaan,namun memiliki pesan dan amanat bagi pembacanya.
- Sejarah : Kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal-usul keturunan.
- Epos.
- Cerita Pelipur Lara.
3. Nilai-nilai
dalam prosa fiksi.
Terdapat pula jenis prosa lain yaitu prosa friksi. Prosa fiksi yaitu cerita rekaan dan diartikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Berdasarkan narasumber yang didapat, berikut adalah nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
a. Prosa fiksi memberikan kesenangan: prosa ini dapat membuat pembaca sehingga pembaca seperti mengalami cerita tersebut sendiri.
b. Prosa fiksi memberikan informasi: kita bisa mendapatkan informasi hingga yang sangat asing dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
d. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi dua,yaitu :
a) Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, mengajak pembaca mengikuti yang dikehendaki zamannya.
b) Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, mengajak pembaca untuk merenung.
4. Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan puisi
Apa itu puisi ?, Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa artistik/estetik yang padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kreatifitas penyair dalam membangun puisinya biasanya disertai dengan :
1) Penggunaan majas – majas. Figura bahasa gaya personifikasi,metafora,perbandingan alegori,sehingga puisi menarik.
2) Kata-kata yang ambiquitas,yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
3) Kata-kata yang berjiwa,yaitu kata-kata yang sudah berisi suasana tertentu,berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
4) Kata yang berkonotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi nilai-nilai,rasa,dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5) Kata pengulangan
Sebagai contoh yaitu :
4. Puisi
Terdapat pula jenis prosa lain yaitu prosa friksi. Prosa fiksi yaitu cerita rekaan dan diartikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Berdasarkan narasumber yang didapat, berikut adalah nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra adalah :
a. Prosa fiksi memberikan kesenangan: prosa ini dapat membuat pembaca sehingga pembaca seperti mengalami cerita tersebut sendiri.
b. Prosa fiksi memberikan informasi: kita bisa mendapatkan informasi hingga yang sangat asing dalam kehidupan sehari-hari.
c. Prosa fiksi memberikan warisan kultural
d. Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Berkenaan dengan moral, karya sastra dibagi dua,yaitu :
a) Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya, mengajak pembaca mengikuti yang dikehendaki zamannya.
b) Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, mengajak pembaca untuk merenung.
4. Ilmu Budaya Dasar yang dihubungkan dengan puisi
Apa itu puisi ?, Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam dan Tuhan melalui media bahasa artistik/estetik yang padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kreatifitas penyair dalam membangun puisinya biasanya disertai dengan :
1) Penggunaan majas – majas. Figura bahasa gaya personifikasi,metafora,perbandingan alegori,sehingga puisi menarik.
2) Kata-kata yang ambiquitas,yaitu kata-kata yang bermakna ganda.
3) Kata-kata yang berjiwa,yaitu kata-kata yang sudah berisi suasana tertentu,berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup.
4) Kata yang berkonotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi nilai-nilai,rasa,dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5) Kata pengulangan
Sebagai contoh yaitu :
4. Puisi
Aku
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Dapat dilihat pada puisi tersebut mengandung penggunaan majas, kata-kata ambiguitas, kata-kata berjiwa (semangat) dan kata-kata berkonotasi. Alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan IBD yaitu karena :
a) Kaitan antara puisi dan kehidupan seseorang
Puisi dapat menggambarkan apa yang sedang dirasakan penulis. Selain itu juga sebagai alat untuk mengingat masa lalu.
b) Kaitan antara puisi dan kesadaran individual
Lewat puisi pembaca dapat mengetahui isi pikiran sang penulis
c) Kaitan antara puisi dan kesadaran sosial.
Puisi memberitahukan manusia sebagai mahluk sosial yang terlibat dalam isue dan problem sosial.
Secara imajinatif puisi menafsirkan situasi dasar manusia sosial berupa :
* Penderitaan atas ketidakadilan.
* perjuangan untuk kekuasaan.
* Konflik dengan sesamanya.
* Pemberontakan kepada hukum Tuhan.
Contoh manusia dan kesusastraan:
Buku Amir Hamzah 1911-1946:
Sebagai Manusia dan Penyair merupakan salah satu kumpulan tulisan tentang
Amir Hamzah. Buku ini merupakan upaya beberapa penyair dan Yayasan
Dokumentasi
Sastra HB Jassin untuk mengenang 50 tahun meninggalnya Tengku Amir Hamzah.
Peringatan itu sendiri merupakan upaya untuk menghargai nilai dan perjuangan
Amir Hamzah dalam bidang kesusastraan.
Dalam pengantarnya, penyunting buku ini menyampaikan dua hal yang
seringkali dicampuradukkan mengenai sosok Amir Hamzah yakni realitas Amir
Hamzah sebagai manusia dan realitas kepenyairannya. Amir Hamzah sebagai manusia
meliputi hal-hal yang bersifat biografis, sedangkan yang kedua berkenaan dengan
nilai-nilai dan posisi kepenyairannya (hlm. 9). Dua hal tersebut memang sulit
dipisahkan, karena yang satu adalah mengenai kenyataan diri seorang manusia
dalam interaksi dan konteksnya dengan realitas yang ada di sekitarnya.
Sedangkan yang lain, yang tertuang dalam bentuk sajak-sajak itu, adalah gagasan
yang lahir dari proses perenungan atas pengalaman empiris penyairnya.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para sastrawan dalam bentuk esai
dan puisi. Para penulis dalam buku ini antara lain Asrul Sani, Kemala, Abrar
Yusra, Achdiat Karta Mihardja, Ajip Rosidi, Goenawan Mohamad, Abdul Hadi WM,
serta Amir Hamzah sendiri.
Buku ini dibuka dengan sebuah sajak dari Amir Hamzah yang berjudul “Tuhanku
Apakah Kekal?”. Sajak ini merupakan salah satu puisi yang terangkum dalam
antologi puisi Buah Rindu. Asrul Sani melanjutkan dengan puisinya
berjudul “Sebagai Kenangan Kepada Amir Hamzah Penyair yang Terbunuh”. Ini
adalah puisi yang mengenang Amir Hamzah. Tulisan Amir Hamzah kemudian
dilanjutkan oleh Kemala dengan satu sajaknya berjudul “Doa Buat Amir” yang
ia tulis pada September 1988.
Selanjutnya adalah Abrar Yusra dengan artikel panjangnya yang berjudul
“Amir Hamzah, Biografi Seorang Penyair”. Dalam artikel ini, Abrar Yusra
menjelaskan perjalanan hidup Amir Hamzah secara biografis. Bukan hanya biografi
karya puisi Amir Hamzah saja, namun juga kehidupannya sehari-hari yang kemudian
berpengaruh terhadap puisinya. Pertanyaan seputar dan perihal kematian Amir
Hamzah menjadi pembuka tulisan Abrar Yusra. Pada bagian ini Abrar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang ironi akhir kehidupan Amir Hamzah sebagai seorang
tokoh yang membawa kesusastraan Indonesia menuju babak baru.
Abrar menuliskan kisah hidup Amir Hamzah dari ketika Amir Hamzah mengenyam
pendidikan di kampung halaman, kemudian kehidupannya di Solo, hingga wafatnya
pada tahun 1946. Selain itu, ia juga menuliskan bagaimana proses penulisan
puisi yang dilakukan Amir Hamzah dan peristiwa yang berada di sebaliknya.
Tulisan ini menjadi satu referensi yang bisa dikatakan lengkap sebagai sebuah
artikel.
Pada bagian selanjutnya, Achdiat K. Mihardja menyambung tulisan Abrar Yusra
dengan sebuah esai berjudul “Amir Hamzah dalam Kenangan”. Tulisan Achdiat
tampaknya lebih menceritakan kehidupan pribadi Amir Hamzah daripada membahas
karya-karya tokoh ini. Perkenalan Achdiat K. Mihardja dengan Amir Hamzah memang
sudah berlangsung lama, sehingga ia mengenal betul bagaimana kehidupan Amir
Hamzah ketika masih menempuh pendidikan maupun dengan proses-prosesnya.
Meskipun tidak selengkap buku biografi, tampaknya buku ini cukup dapat
diandalkan sebagai pintu untuk mengkaji karya dan kehidupan Amir Hamzah lebih
jauh. Buku ini tampak masih cukup relevan meskipun sudah beberapa tahun berlalu
penerbitan buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar